Ada suatu saat dimana aku begitu ingin memutar jam pasir
yang tergeletak di depanku saat ini.
Membawamu kembali.
Mungkin ada sesuatu yang bisa diperbaiki.
Aku duduk di depan jam pasir itu. Bertahun-tahun
lamanya. Memandanginya lurus, penuh
harapan. Hanya saja tanganku tidak pernah sampai memutarnya, tak pernah
memiliki keberanian untuk membalikkan jam itu agar waktu berputar kembali.
Jam itu satu-satunya jalan bagiku untuk kembali ke saat itu.
Kepadamu.
Tapi mengapa aku tidak membalikkannya?
Sangat mudah bagiku untuk melakukannya, tapi aku hanya duduk
memandanginya bertahun-tahun lamanya. Sampai hari ini. Bagiku ini hari
terakhir. Aku ingin menjumpaimu lagi. Setidaknya kata-kata itu masih bisa
kudengar sekali lagi.
Pasir dalam tabung yang di bawah semakin penuh. Waktuku
semakin sedikit. Aku akan memutar jam itu agar waktu berbalik arus. Hatiku
begitu rindu. Ini saat yang tepat untuk menemuimu.
Keberanian itu begitu
sulit didapat. Kebahagian begitu sulit kita lepaskan. Kesedihan begitu sulit
kita lupakan. Apa yang akan terjadi kali
ini? Apakah hal yang sama akan terulang?
Dulu di bangku yang sama, Kita berdua duduk memandangi jam
itu. Dengan dua tabungnya yang berlainan tapi berkaitan. Itu aku. Itu kamu. Itu
waktuku dan waktumu.
Betapa ingin aku menemuimu.
Tanganku menyentuhnya. Memutarnya perlahan. Pasir itu
berubah arus. Kali ini tabungku kehilangan waktunya. Detik demi detik. Menit
demi menit. Jam demi jam. Hari demi hari.
Matamu kembali bercahaya. Genggamanmu kembali hangat.
Rambutmu kembali indah seperti dulu.
Aku menyentuhmu dengan tanganku yang keriput. Rambutku yang
perlahan menjadi abu-abu pasti sangat aneh karena wajahmu begitu sedih. Apakah
kamu tidak mencintaiku yang seperti ini?
Air matamu menetes.
Saat bibirmu mencium dahiku kulihat tangan kurusmu meraih
jam itu.
Kau membantingnya ke lantai. Pasirnya berceceran. Rambutmu
yang tadinya indah kembali memudar. Matamu sesayu mataku. Saat mataku akhirnya
terpejam, yang terbayang di mataku adalah sosokmu yang begitu renta. Begitu
tua.
Ah, benar. Sudah lebih dari seabad kita bersama. Saling
membolak-balikkan waktu, mempermainkan takdir, menjalani kehidupan yang tak
seharusnya. Tapi tak apa. Karena kali ini kita bisa bersama.
Kali ini untuk selamanya.