Kamis, 24 Mei 2012

Old Together

Ada suatu saat dimana aku begitu ingin memutar jam pasir yang tergeletak di depanku saat ini.

Membawamu kembali.

Mungkin ada sesuatu yang bisa diperbaiki.

Aku duduk di depan jam pasir itu. Bertahun-tahun lamanya.  Memandanginya lurus, penuh harapan. Hanya saja tanganku tidak pernah sampai memutarnya, tak pernah memiliki keberanian untuk membalikkan jam itu agar waktu berputar kembali.              

Jam itu satu-satunya jalan bagiku untuk kembali ke saat itu.

Kepadamu.

Tapi mengapa aku tidak membalikkannya?

Sangat mudah bagiku untuk melakukannya, tapi aku hanya duduk memandanginya bertahun-tahun lamanya. Sampai hari ini. Bagiku ini hari terakhir. Aku ingin menjumpaimu lagi. Setidaknya kata-kata itu masih bisa kudengar sekali lagi.

Pasir dalam tabung yang di bawah semakin penuh. Waktuku semakin sedikit. Aku akan memutar jam itu agar waktu berbalik arus. Hatiku begitu rindu. Ini saat yang tepat untuk menemuimu.

Keberanian itu begitu sulit didapat. Kebahagian begitu sulit kita lepaskan. Kesedihan begitu sulit kita lupakan.  Apa yang akan terjadi kali ini? Apakah hal yang sama akan terulang?

Dulu di bangku yang sama, Kita berdua duduk memandangi jam itu. Dengan dua tabungnya yang berlainan tapi berkaitan. Itu aku. Itu kamu. Itu waktuku dan waktumu.

Betapa ingin aku menemuimu.

Tanganku menyentuhnya. Memutarnya perlahan. Pasir itu berubah arus. Kali ini tabungku kehilangan waktunya. Detik demi detik. Menit demi menit. Jam demi jam. Hari demi hari.

Matamu kembali bercahaya. Genggamanmu kembali hangat. Rambutmu kembali indah seperti dulu.

Aku menyentuhmu dengan tanganku yang keriput. Rambutku yang perlahan menjadi abu-abu pasti sangat aneh karena wajahmu begitu sedih. Apakah kamu tidak mencintaiku yang seperti ini?

Air matamu menetes.

Saat bibirmu mencium dahiku kulihat tangan kurusmu meraih jam itu.

Kau membantingnya ke lantai. Pasirnya berceceran. Rambutmu yang tadinya indah kembali memudar. Matamu sesayu mataku. Saat mataku akhirnya terpejam, yang terbayang di mataku adalah sosokmu yang begitu renta. Begitu tua.

Ah, benar. Sudah lebih dari seabad kita bersama. Saling membolak-balikkan waktu, mempermainkan takdir, menjalani kehidupan yang tak seharusnya. Tapi tak apa. Karena kali ini kita bisa bersama.

Kali ini untuk selamanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar